Numpang Lewat

Siang itu suasana perpustakaan cukup sepi, hanya ada segelintir orang yang sibuk dengan bacaannya masing-masing. Aku duduk sendiri di pojok sebelah barat. Awalnya aku tak memperhatikannya sama sekali, hingga akhirnya dia duduk terpisah dua meja dariku. Setelah menyalan laptop dia buka sebuah buku skripsi berwarna biru, sesekali ia benarkan kacamatanya yang melorot. Otakku masih mencerna pola wajahnya, alisnya yang tebal, bibirnya yang merah tipis serta sebuah tahi lalat yang menempel manis di dekat bibir bagian bawah. Ada yang bilang kalau seseorang mempunyai tahi lalat di dekat bibir bagian bawah dia berarti orang baik hati. Aku belum mengamini mitos tersebut saat itu, aku masih terus mengolah pola wajah yang sepertinya aku kenal.

Beberapa menit berlalu, aku bulatkan tatapanku supaya terfukus, kugigit bibirku pelan supaya bisa lebih berkonsentrasi. Tiba-tiba ada seorang wanita berjilbab ungu duduk di sebelahnya, dia berbisik sesuatu hingga akhirnya si gadis beralis tebal dan berbibir tipis itu berdiri dari tempat duduknya. Dia berjalan menujuk rak kumpulan buku pemrograman. Kupejamkan mataku perlahan, mengolah kembali pola wajah itu, hingga akhirnya aku menemui titik terang.

Masjid, iya aku pernah melihatnya di Masjid At-Taqwa dekat kampus. Aku pejamkan mataku lebih dalam, aku membuntuti langkahnya keluar masjid. Dia berjalan terburu membawa sebuah keresek warna hitam. Setelah melewati Gang Teratai Dua dia belok kiri, berhenti di warung burjo, setelah itu dia melanjukan perjalanan dengan dua buah keresek hitam di tangan kiri dan kanannya. Sesampainya depan Masjid Mujahidin, dia belok ke kiri lagi, melewati lapangan bola dan terus lurus, hingga akhirnya dia berhenti dan masuk ke rumah bercat hijau yang terlihat sepi. Aku menunggu sekitar sepuluh menit, tapi dia tetap tidak keluar. Mungkin itu memang rumahnya, pikirku saat itu dan melanjutkan jalan ke kontrakan. Ketika aku berbelok masuk Gang Anggrek Tiga, sekelebak aku melihat bayangnya jalan tergesa. Kali ini dia memegang tiga keresek, dua berwarna hitam dan satunya berwarna putih.

Aku yang tadinya sudah berniat pulang akhirnya kurungkan niat dan kembali mengikuti gadis bertahi lalat di bawah bibir itu. Kali ini dia berjalan lurus kemudian belok kanan di sebuh perematan, menuju arah rumah sakit Condong Catur. Rasa penasaranku semakin tinggi, kugulung kemeja panjang abu-abu yang aku kenakan, kuseka beberapa bulit keringat dengan punggung telapak tanganku. Aku berhenti di tempat parkir ketika gadis bertahi lalat di bawah bibir itu memasuki rumah sakit. Awalnya aku ragu untuk masuk, tapi sudah kepalang tanggung akhirnya aku masuk ke rumah sakit.

Dengan melewati tanjakan pintu samping aku menuju lantai dua rumah sakit Condong Catur. Aku berhenti di depan tempat resepsionis. Aku melihat si gadis bertahi lalat di bawah bibir itu berbicara dengan seorang lelaki berkemeja putih dan berjenggot lebat. Kemudian, keluar dari ruangan seorang ibu parih baya dari kamar rawat, tangannya melambai ke si gadis bertahi lalat. Bapak berjenggot lebat tetap duduk, sementara gadis yang aku ikuti masuk ruangan. Selang beberapa menit dia keluar dan berjalan tergesa entah kemana. Aku mendekati bapak berjenggot lebat yang sedang duduk di depan ruangan.

To be continue, ngantuk tidur dulu ... :D


















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lomba Menulis Esai "Demokrasi, Pemilu, dan Partai Politik" Juara 1: 3 jt by @pialamnatsir (DL: 16 Feb 2014)

Lomba Menulis Testimoni di Blog "Nyunyu[.]com" Juara 1: 2,5jt (DL: 16 Jan 2014)